cerpen

ini cerpen pertama saya. saya buat cerpen ini 3 tahun yang lalu..



Yuna Si Penghasut

            Di suatu pagi yang cerah, bunga-bunga bermekaran, menyambut sinar sang surya yang selalu menyapa kehidupan semua makhluk di muka bumi. Kicauan burung-burung kecil yang merdu memberikan kedamaian di pagi itu.
            Via seorang gadis remaja yang cantik, rajin, dan lembut menjalankan rutinitasnya seperti biasa. Membersihkan tempat tidur, mandi, dan bersiap-siap untuk ke sekolah.
            “Via..sudah siap nak ? cepatlah Fira sudah menunggumu di meja makan” sahut ibu dari luar kamar.
            “Iya bu, Via udah siap. Sebentar lagi Via keluar.” Sahut Via dari dalam kamar.
            Fira adalah sahabat Via dari kelas 5 SD. Persahabatan mereka telah berlangsung selama 5 tahun. Jadi tidak heran bila mereka sangat dekat seperti saudara. Fira sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga Via, jadi Fira sudah tidak canggung lagi makan, beristirahat, dan tidur di rumah Via. Mereka selalu pergi sekolah bersama. Karena Fira sudah bisa mengendarai motor, maka Fira selalu menjemput Via di rumahnya.
            “sudah selesai sarapannya Fir?” Tanya Via yang tiba-tiba datang menghampiri Fira yang sedang menikmati sepiring nasi goreng dan ditemani dengan segelas air mineral.
            “Eh..ngagetin aja kamu Vi. Iya nih aku sudah selesai. Kamu nggak sarapan dulu?” Tanya Fira sambil meminum segelas air mineral.
            “Enggak ah Fir, sudah jam berapa nih, nanti kalau aku sarapan dulu bisa telat kita ke sekolah. Apalagi jam pertama aku ada ulangan matematika sama pak Rajim yang terkenal disiplin itu. enggak ada satu pun anak muridnya yang boleh terlambat masuk saat jam pelajarannya.” Jawab Via sambil melirik jam tangannya.
            “Yaudah deh, jadi mau berangkat sekarang nih?” Tanya Fira
            “Enggak, tunggu sampai jam 7 tepat. Yaiyalah sekarang FIRA DWI SAFNA.” jawab Via agak berteriak. Walaupun Via sudah berteriak, tetap saja suaranya terdengar lembut.
            “Hahaha… iya iya cerewet.” Canda Fira sambil menggandeng tangan Via keluar rumah.
            “Bu… Via sama Fira pergi ke sekolah dulu ya. Assalamualaikum.” Teriak Via kepada ibunya yang sedang berada di dapur.
            “Iya. Walaikumsalam.” Sahut ibu dari dapur.

            Via dan Fira tiba di sekolah bersamaan bunyi bel pertanda pelajaran pertama dimulai. Via segera berlari menuju kelasnya yang berada di lantai atas, tanpa berkata sepatah kata pun kepada Fira. Fira hanya menggelengkan kepala melihat Via yang berlari seperti itu. Fira maklum dengan sifat Via yang takut telat itu. Via dan Fira memang memiliki sifat yang berbeda tetapi perbedaan itulah yang membuat persahabatan mereka menjadi lebih bewarna. Via lebih pintar dari Fira, maka dari itu Via masuk kelas unggulan, sedangkan Fira hanya masuk kelas biasa. Hal itulah yang membuat mereka tidak sekelas.
            Bel tanda jam istirahat pun berbunyi,, bersamaan dengan itu berakhirlah ulangan  matematika yang menguras pikiran dan tenaga. Fira telah menunggu Via di kantin. Beberapa menit setelah itu Via datang menghampiri Fira.
            “Sumpah ya Fir, ulangan matematika tadi susah banget.” Kata Via memulai pembicaraan.
“Tunggu bentar deh Vi, mendingan kamu duduk dan mesan makanan dulu. Sebelum kamu nyeritain unek-unek kamu tentang ulangan matematika itu.” Saran Fira.
“Ya deh Fir.” Kata Via menerima saran Fira.
Dari jauh Yuna memperhatikan Fira dan Via. Diam-diam Yuna merasa iri kepada Fira yang mempunyai sahabat seperti Via, tetapi Via tidak bisa memperlakukan Yuna sebagaimana dia memperlakukan Fira sebagai sahabatnya.

Seusai pulang sekolah, Yuna menghampiri Fira di parkiran sekolah.
            “Fir, kamu sekarang pulang sama Via ya?” Tanya Yuna.
            “Tadi niatnya sih iya Yun, tapi tadi kata Via dia ada tugas kelompok. Jadi aku hari ini pulang sendiri. Emangnya ngapa Yun?” Tanya Fira.
            “Hmm.. boleh nggak kalau aku nebeng sama kamu?” Tanya Yuna agak ragu.
            “Boleh rumah kita kan searah.” Jawab Fira dengan lembut.
Di perjalanan menuju rumah. Yuna berbincang-bincang dengan Fira di atas motor.
            “Fir, kamu kok mau ya sahabatan dengan Via?” kata Yuna
            “Emangnya kenapa Yun?” Tanya Fira heran.
            “Ya secara aku kan sekelas sama Via, jadi Via pernah bilang ke aku…” Yuna tidak melanjutkan kata-katanya.
            “Bilang apa Yun?” Tanya Fira penasaran.
            “Kamu jangan marah ya kalau aku bilang ini Fir.” Kata Yuna memastikan.
            “Iya..iya.. cepat ajalah. Emangnya mau ngomong apa?” kata Fira mulai emosi.
        “Via pernah bilang sama aku kalau dia ngak tulus sahabatan sama kamu. Dia enggak suka beteman sama anak kelas biasa. Dia sahabatan sama kamu Cuma untuk manfaatin kamu sebagai antar jemput dia ke sekolah.” Kata Yuna dengan jelas.
            “Apa???” kata Fira kaget. Dalam hatinya Fira sangat marah. Fira ingin sekali nangis saat itu. Tapi tidak bisa karena saat itu dia sedang bersama Yuna. Fira tidak mau terlihat cengeng di hadapan Yuna.
            “Iya. Percaya deh sama aku.” Kata Yuna memastikan.
          “Hmm.. yaudah deh kalau gitu. Besok kamu pergi ke sekolahnya sama aku saja Yun, aku nggak mau ngantar jemput Via lagi. Aku enggak sudi punya sahabat seperti dia lagi.” Kata Fira dengan kesal.
            “…” Yuna hanya diam dan tersenyum.

            Diam-diam Yuna memiliki niat buruk sama persahabatan Via dan Fira. Dia ingin membuat hubungan persahabatan merekan hancur. Sepertinya niat buruk Yuna berjalan dengan lancar. Dia telah berhasil membuat Fira benci dengan Via.

            Keesokan harinya. Via menunggu Fira di depan rumahnya. Via tidak mau membuat Fira sahabatnya itu selalu menunggu lama. Dengan sabar Via menunggu Fira. Tiba-tiba Fira lewat di depan rumah Via. Tetapi Fira tidak berhenti di depan rumah Via, bahkan Fira tidak mau sedikit pun menolehkan wajahnya kepada Via. Via melihat Fira yang berlalu begitu saja tanpa menghiraukannya. Hati Via sakit banget karena melihat Fira memboncengi Yuna.
            Akhirnya Via memutuskan untuk berjalan kaki ke sekolah. Via tidak peduli apakah dia akan terlambat atau tidak datang ke sekolah. Yang ada di dalam fikirannya saat itu ialah mengapa Fira tega berbuat seperti itu kepadanya? Mengapa Fira lebih memilih menjenjemput Yuna daripada menjemput dirinya? Di sepanjang jalan Via terus berfikir. Banyak pertanyaan yang menghampiri pikirannya. Tak disadarinya butiran air yang lembut membasahi pipinya, semakin lama semakin deras. Via tidak sanggup lagi menahan tangisnya.
            Sesampainya di sekolah, Via hanya berdiam diri di dalam kelas. Lalu Yuna masuk dan menatap sinis kepada Via. Via sudah tidak tahan lagi dengan semua ini. Akhirnya Via mencoba untuk bertanya kepada Yuna.
            “Yun, tadi pagi kamu kok pergi sama Fira?” Tanya Via.
            “Ya mungkin Fira udah bosan dan muak punya sahabat seperti kamu.” Jawab Yuna sinis dan acuh tak acuh.
            “enggak mungkin, semua ini pasti salah paham.” Kata Via.
            “Oh ya? Satu yang harus kamu tau Vi. Mulai dari sekarang Fira bukan sahabat kamu lagi.” Kata Yuna mengingatkan Via. Dan berlalu pergi meninggalkan Via.
“…” Via hanya bisa terdiam mendengar semua itu. Dia tidak percaya bahwa sahabat yang selalu ada untuknya selama 5 tahun ini telah pergi.
Hari ini adalah hari yang sangat mengecewakan buat Via. Setibanya di rumah Via langsung menuju kamar. Via hanya ingin berdiam diri di kamar saat ini. Via menangis sejadi-jadinya. Entah sudah berapa lama ia menangis, hingga membuat kedua pelupuk matanya bengkak.

7 hari sudah telah berlalu. Via mencoba bangkit kembali, mencoba untuk hidup tanpa Fira. Begitu pula sebaliknya dengan Fira, mencoba untuk melupakan semua kenangannya bersama Via.
Di kantin Via duduk sendirian , Via hanya mengaduk-aduk mie rebusnya tak karuan. Mie rebus itu mungkin menggambarkan keadaan suasana hati Via saat itu. Bersamaan dengan itu, Fira masuk ke kantin dan melihat Via yang duduk sendirian tak bersemangat. Di dalam hati kecilnya, sesungguhnya Fira masih sangat menyayangi sahabatnya itu. Ingin rasanya saat itu Fira duduk disamping Via. Tapi karena mengingat semua yang dikatakan Yuna kepadanya tentang Via. Fira mengurungkan niatnya itu dan melangkah keluar.
            “Tunggu” kata seseorang yang suaranya sudah tidak asing lagi di telinga Fira.
Fira menoleh dan …
            “Apa Vi?” kata Fira dengan nada yang datar, seperti tidak terjadi apa-apa.
            “Apa ini yang namanya sahabat? Pergi tanpa sebab yang jelas, dan berusaha menghilang dari hadapan sahabatnya?” Tanya Via.
            “Bukan Via. Tapi…” kata Fira menahan tangisnya.
            “Tapi apa? Yuna? Apa Yuna yang udah membuat kamu berubah seperti ini kepadaku fir?” Tanya Via memastikan.
            “Iya Via. Yuna biiilang kaamuu ssudah enggak mau lagi jadi sahabatt aku lagii” kata Fira dengan terbata-bata karena air mata telah membasahi pipinya.
            “enggak pernah Fira, enggak pernah. Aku sudah yakin pasti terjadi salah paham diantara kita.” Kata Via sambil merangkul Fira.
            “Jadi selama ini Yuna hanya menghasut kita?” Tanya Fira sembari menghapus air matanya.
            “iya. Dan anehnya kenapa kamu percaya Fir?” Tanya Via balik.
            “enggak tau deh. Jadi gimana?” Tanya Fira
            “Gimana apanya?” Tanya Via tidak mengerti.
            “Jadi kita masih sahabatan kan Vi?” Tanya Fira lagi.
            “Oh tentu dong.” Jawab Via dengan pasti sambil tersenyum.
            “sahabat hari ini, esok, lusa, dan selamanya..” kata Fira dan Via bersamaan.

            Setelah kejadian itu persahabatan mereka kembali seperti biasanya. Yuna yang melihat hal itu merasa sangat kesal. Tetapi itulah sahabat sejati. Takkan dapat terpisahkan walau dengan cara apa pun.






(")>

2 komentar:

  1. Kayaknya ni cerita pribadi yaaa ngenak bangeeeetttttt

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya nggak ya?? menurut anda bagaimana??

      Hapus