cerpen
·
Yuna
Si Penghasut
Di suatu pagi yang cerah,
bunga-bunga bermekaran, menyambut sinar sang surya yang selalu menyapa
kehidupan semua makhluk di muka bumi. Kicauan burung-burung kecil yang merdu
memberikan kedamaian di pagi itu.
Via seorang gadis remaja yang
cantik, rajin, dan lembut menjalankan rutinitasnya seperti biasa. Membersihkan
tempat tidur, mandi, dan bersiap-siap untuk ke sekolah.
“Via..sudah siap nak ? cepatlah Fira
sudah menunggumu di meja makan” sahut ibu dari luar kamar.
“Iya bu, Via udah siap. Sebentar
lagi Via keluar.” Sahut Via dari dalam kamar.
Fira adalah sahabat Via dari kelas 5
SD. Persahabatan mereka telah berlangsung selama 5 tahun. Jadi tidak heran bila
mereka sangat dekat seperti saudara. Fira sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga
Via, jadi Fira sudah tidak canggung lagi makan, beristirahat, dan tidur di
rumah Via. Mereka selalu pergi sekolah bersama. Karena Fira sudah bisa
mengendarai motor, maka Fira selalu menjemput Via di rumahnya.
“sudah selesai sarapannya Fir?”
Tanya Via yang tiba-tiba datang menghampiri Fira yang sedang menikmati sepiring
nasi goreng dan ditemani dengan segelas air mineral.
“Eh..ngagetin aja kamu Vi. Iya nih
aku sudah selesai. Kamu nggak sarapan dulu?” Tanya Fira sambil meminum segelas
air mineral.
“Enggak ah Fir, sudah jam berapa
nih, nanti kalau aku sarapan dulu bisa telat kita ke sekolah. Apalagi jam
pertama aku ada ulangan matematika sama pak Rajim yang terkenal disiplin itu.
enggak ada satu pun anak muridnya yang boleh terlambat masuk saat jam pelajarannya.”
Jawab Via sambil melirik jam tangannya.
“Yaudah deh, jadi mau berangkat
sekarang nih?” Tanya Fira
“Enggak, tunggu sampai jam 7 tepat.
Yaiyalah sekarang FIRA DWI SAFNA.” jawab Via agak berteriak. Walaupun Via sudah
berteriak, tetap saja suaranya terdengar lembut.
“Hahaha… iya iya cerewet.” Canda
Fira sambil menggandeng tangan Via keluar rumah.
“Bu… Via sama Fira pergi ke sekolah
dulu ya. Assalamualaikum.” Teriak Via kepada ibunya yang sedang berada di
dapur.
“Iya. Walaikumsalam.” Sahut ibu dari
dapur.
Via dan Fira tiba di sekolah
bersamaan bunyi bel pertanda pelajaran pertama dimulai. Via segera berlari
menuju kelasnya yang berada di lantai atas, tanpa berkata sepatah kata pun
kepada Fira. Fira hanya menggelengkan kepala melihat Via yang berlari seperti
itu. Fira maklum dengan sifat Via yang takut telat itu. Via dan Fira memang
memiliki sifat yang berbeda tetapi perbedaan itulah yang membuat persahabatan
mereka menjadi lebih bewarna. Via lebih pintar dari Fira, maka dari itu Via
masuk kelas unggulan, sedangkan Fira hanya masuk kelas biasa. Hal itulah yang
membuat mereka tidak sekelas.
Bel tanda jam istirahat pun
berbunyi,, bersamaan dengan itu berakhirlah ulangan matematika yang menguras pikiran dan tenaga.
Fira telah menunggu Via di kantin. Beberapa menit setelah itu Via datang
menghampiri Fira.
“Sumpah ya Fir, ulangan matematika
tadi susah banget.” Kata Via memulai pembicaraan.
“Tunggu
bentar deh Vi, mendingan kamu duduk dan mesan makanan dulu. Sebelum kamu
nyeritain unek-unek kamu tentang ulangan matematika itu.” Saran Fira.
“Ya
deh Fir.” Kata Via menerima saran Fira.
Dari
jauh Yuna memperhatikan Fira dan Via. Diam-diam Yuna merasa iri kepada Fira yang
mempunyai sahabat seperti Via, tetapi Via tidak bisa memperlakukan Yuna
sebagaimana dia memperlakukan Fira sebagai sahabatnya.
Seusai pulang
sekolah, Yuna menghampiri Fira di parkiran sekolah.
“Fir, kamu sekarang pulang sama Via
ya?” Tanya Yuna.
“Tadi niatnya sih iya Yun, tapi tadi
kata Via dia ada tugas kelompok. Jadi aku hari ini pulang sendiri. Emangnya
ngapa Yun?” Tanya Fira.
“Hmm.. boleh nggak kalau aku nebeng
sama kamu?” Tanya Yuna agak ragu.
“Boleh rumah kita kan searah.” Jawab
Fira dengan lembut.
Di perjalanan
menuju rumah. Yuna berbincang-bincang dengan Fira di atas motor.
“Fir, kamu kok mau ya sahabatan
dengan Via?” kata Yuna
“Emangnya kenapa Yun?” Tanya Fira
heran.
“Ya secara aku kan sekelas sama Via,
jadi Via pernah bilang ke aku…” Yuna tidak melanjutkan kata-katanya.
“Bilang apa Yun?” Tanya Fira
penasaran.
“Kamu jangan marah ya kalau aku
bilang ini Fir.” Kata Yuna memastikan.
“Iya..iya.. cepat ajalah. Emangnya
mau ngomong apa?” kata Fira mulai emosi.
“Via pernah bilang sama aku kalau
dia ngak tulus sahabatan sama kamu. Dia enggak suka beteman sama anak kelas
biasa. Dia sahabatan sama kamu Cuma untuk manfaatin kamu sebagai antar jemput
dia ke sekolah.” Kata Yuna dengan jelas.
“Apa???” kata Fira kaget. Dalam
hatinya Fira sangat marah. Fira ingin sekali nangis saat itu. Tapi tidak bisa
karena saat itu dia sedang bersama Yuna. Fira tidak mau terlihat cengeng di
hadapan Yuna.
“Iya. Percaya deh sama aku.” Kata
Yuna memastikan.
“Hmm.. yaudah deh kalau gitu. Besok
kamu pergi ke sekolahnya sama aku saja Yun, aku nggak mau ngantar jemput Via
lagi. Aku enggak sudi punya sahabat seperti dia lagi.” Kata Fira dengan kesal.
“…” Yuna hanya diam dan tersenyum.
Diam-diam Yuna memiliki niat buruk
sama persahabatan Via dan Fira. Dia ingin membuat hubungan persahabatan merekan
hancur. Sepertinya niat buruk Yuna berjalan dengan lancar. Dia telah berhasil
membuat Fira benci dengan Via.
Keesokan harinya. Via menunggu Fira
di depan rumahnya. Via tidak mau membuat Fira sahabatnya itu selalu menunggu
lama. Dengan sabar Via menunggu Fira. Tiba-tiba Fira lewat di depan rumah Via.
Tetapi Fira tidak berhenti di depan rumah Via, bahkan Fira tidak mau sedikit
pun menolehkan wajahnya kepada Via. Via melihat Fira yang berlalu begitu saja
tanpa menghiraukannya. Hati Via sakit banget karena melihat Fira memboncengi
Yuna.
Akhirnya Via memutuskan untuk berjalan
kaki ke sekolah. Via tidak peduli apakah dia akan terlambat atau tidak datang
ke sekolah. Yang ada di dalam fikirannya saat itu ialah mengapa Fira tega
berbuat seperti itu kepadanya? Mengapa Fira lebih memilih menjenjemput Yuna
daripada menjemput dirinya? Di sepanjang jalan Via terus berfikir. Banyak
pertanyaan yang menghampiri pikirannya. Tak disadarinya butiran air yang lembut
membasahi pipinya, semakin lama semakin deras. Via tidak sanggup lagi menahan
tangisnya.
Sesampainya di sekolah, Via hanya
berdiam diri di dalam kelas. Lalu Yuna masuk dan menatap sinis kepada Via. Via
sudah tidak tahan lagi dengan semua ini. Akhirnya Via mencoba untuk bertanya
kepada Yuna.
“Yun, tadi pagi kamu kok pergi sama
Fira?” Tanya Via.
“Ya mungkin Fira udah bosan dan muak
punya sahabat seperti kamu.” Jawab Yuna sinis dan acuh tak acuh.
“enggak mungkin, semua ini pasti
salah paham.” Kata Via.
“Oh ya? Satu yang harus kamu tau Vi.
Mulai dari sekarang Fira bukan sahabat kamu lagi.” Kata Yuna mengingatkan Via.
Dan berlalu pergi meninggalkan Via.
“…”
Via hanya bisa terdiam mendengar semua itu. Dia tidak percaya bahwa sahabat
yang selalu ada untuknya selama 5 tahun ini telah pergi.
Hari
ini adalah hari yang sangat mengecewakan buat Via. Setibanya di rumah Via
langsung menuju kamar. Via hanya ingin berdiam diri di kamar saat ini. Via
menangis sejadi-jadinya. Entah sudah berapa lama ia menangis, hingga membuat
kedua pelupuk matanya bengkak.
7
hari sudah telah berlalu. Via mencoba bangkit kembali, mencoba untuk hidup
tanpa Fira. Begitu pula sebaliknya dengan Fira, mencoba untuk melupakan semua
kenangannya bersama Via.
Di
kantin Via duduk sendirian , Via hanya mengaduk-aduk mie rebusnya tak karuan.
Mie rebus itu mungkin menggambarkan keadaan suasana hati Via saat itu.
Bersamaan dengan itu, Fira masuk ke kantin dan melihat Via yang duduk sendirian
tak bersemangat. Di dalam hati kecilnya, sesungguhnya Fira masih sangat
menyayangi sahabatnya itu. Ingin rasanya saat itu Fira duduk disamping Via.
Tapi karena mengingat semua yang dikatakan Yuna kepadanya tentang Via. Fira
mengurungkan niatnya itu dan melangkah keluar.
“Tunggu” kata seseorang yang suaranya sudah tidak asing lagi di telinga Fira.
“Tunggu” kata seseorang yang suaranya sudah tidak asing lagi di telinga Fira.
Fira menoleh dan …
“Apa Vi?” kata Fira dengan nada yang
datar, seperti tidak terjadi apa-apa.
“Apa ini yang namanya sahabat? Pergi
tanpa sebab yang jelas, dan berusaha menghilang dari hadapan sahabatnya?” Tanya
Via.
“Bukan Via. Tapi…” kata Fira menahan
tangisnya.
“Tapi apa? Yuna? Apa Yuna yang udah
membuat kamu berubah seperti ini kepadaku fir?” Tanya Via memastikan.
“Iya Via. Yuna biiilang kaamuu ssudah
enggak mau lagi jadi sahabatt aku lagii” kata Fira dengan terbata-bata karena air
mata telah membasahi pipinya.
“enggak pernah Fira, enggak pernah.
Aku sudah yakin pasti terjadi salah paham diantara kita.” Kata Via sambil
merangkul Fira.
“Jadi selama ini Yuna hanya
menghasut kita?” Tanya Fira sembari menghapus air matanya.
“iya. Dan anehnya kenapa kamu
percaya Fir?” Tanya Via balik.
“enggak tau deh. Jadi gimana?” Tanya
Fira
“Gimana apanya?” Tanya Via tidak
mengerti.
“Jadi kita masih sahabatan kan Vi?”
Tanya Fira lagi.
“Oh tentu dong.” Jawab Via dengan
pasti sambil tersenyum.
“sahabat hari ini, esok, lusa, dan
selamanya..” kata Fira dan Via bersamaan.
Setelah kejadian itu persahabatan
mereka kembali seperti biasanya. Yuna yang melihat hal itu merasa sangat kesal.
Tetapi itulah sahabat sejati. Takkan dapat terpisahkan walau dengan cara apa
pun.
(")>
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kayaknya ni cerita pribadi yaaa ngenak bangeeeetttttt
BalasHapusiya nggak ya?? menurut anda bagaimana??
Hapus